Pertanyaan:
Dalam shalat, apa boleh kita membaca Al-Fatihah
dalam hati; tanpa menggerakkan bibir?
Jawaban:
Oleh: Ust. Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah. Shalawat
dan salam teruntuk Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
Salah satu rukun shalat adalah membaca surat
Al-Fatihah. Ia dibaca di setiap rakaat shalat, pada shalat fardlu dan shalat
sunnah, shalat jahar dan shalat sirr. Kewajiban ini bagi imam, makmum, ataupun
yang shalat sendirian -sebagaimana yang dicantumkan oleh Imam al Bukhari
sebagai bab dalam kitab al-Shalah- berbeda dengan pendapat para fuqaha yang
terdahulu maupun sekarang yang tidak mewajibkannya atas makmum. Alasan mereka,
bahwa bacaan imam adalah bacaan makmum.
Dan pendapat yang paling benar –wallahu a'lam-
adalah pendapatnya imam al Syafi'i, Imam al Bukhari, jama'ah ahli hadits, dan
selainnya. Yaitu imam dan makmum wajib membaca surat al-Fatihah baik dalam
shalat jahriyah maupun shalat sirriyah.
. . . Tidak boleh menjadikan khilaf ulama dalam masalah ini sebagai
sarana untuk mengobarkan kebencian, perpecahan, dan permusuhan sesam muslim. .
.
Kesimpulan di atas didasarkan pada hadits Ubadah
bin Shamit, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
لَا
صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
“Tidak sah shalat bagi yang tidak membaca al
Fatihah.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah)
Juga hadits dari Abu Hurairah Radliyallaahu
'Anhu, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ
صَلَّى صَلَاةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ ثَلَاثًا
غَيْرُ تَمَامٍ فَقِيلَ لِأَبِي هُرَيْرَةَ إِنَّا نَكُونُ وَرَاءَ الْإِمَامِ
فَقَالَ اقْرَأْ بِهَا فِي نَفْسِكَ
“Barangsipa yang mengerjakan shalat dan tidak
mmbaca Ummul Qur’an (al Fatihah) di dalamnya, maka shalatnya terputus –beliau
mengucapkannya tiga kali- dan tidak sempurna. Dikatakan kepada Abu Hurairah
radliyallaahu 'anhu, “sesungguhnya kami shalat di belakang imam.” Maka beliau
berkata, “bacalah dalam hatimu.” (Hadits shahih riwayat. Muslim, Abu
Dawud, Tirmidzi, Nasai, dan Ibnu Majah)
Ubadah bin Shamit Radhiyallahu 'Anhu berkata,
“Kami shalat Shubuh di belakang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam lalu
beliau membaca ayat dan kelihatannya beliau mendapat kesulitan dalam
membacanya. Setelah selesai beliau bertanya, “barangkali kalian ikut membaca di
belakang imam kalian?” Kami menjawab, “benar, dengan suara lirih wahai
Rasulullah.” Beliau bersabda:
لَا
تَفْعَلُوا إِلَّا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَإِنَّهُ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ
يَقْرَأْ بِهَا
“Janganlah lakukan, kecuali membaca al
Fatihah, karena tidak sah shalat bagi yang tidak membacanya.” (HR. Abu
Dawud, hadits ini dicantumkan imam al Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim: IV/123)
dan hadits-hadits lain yang semakna.
Perlu dicatat, siapa yang mengambil pendapat ini
tidak boleh menyalah-nyalahkan dan mencela orang yang berbeda pendapatnya.
Karena masalah ini adalah majal khilaf. Tidak boleh menjadikan khilaf
ulama dalam masalah ini sebagai sarana untuk mengobarkan kebencian, perpecahan,
dan permusuhan sesam muslim.
Hakikat Membaca
Tidaklah disebut membaca kecuali dengan
menggerakkan lisan dan kedua bibir sehingga keluar suara walau hanya terdengar
oleh orang yang membaca saja. Sedangkan orang yang membaca dalam hatinya saja,
tidak lah disebut qari' (orang yang membaca). [Baca: Membaca
Al-Quran Tanpa Gerakkan Lisan, Apa Ditulis Pahala Membaca?]
Jadi, haruslah ada suara yang keluar untuk
disebut membaca. Dan itu tidak akan muncul kecuali dengan menggerakkan lisan
dan kedua bibir. Kecuali orang bisu. Ia berudzur untuk melakukan itu.Cukup
baginya beramal sesuai kemampuannya dan berusaha keras sehingga ia tahu telah
sampai pada yang dimaksudnya.
. . . Yang diperintahkan dalam shalat adalah membaca. Tidaklah
disebut membaca kecuali dengan melafadhkannya. Ini tidak bisa kecuali dengan
menggerakkan lisan dan kedua bibir. . .
Yang diperintahkan dalam shalat adalah membaca, “Tidak
sah shalat bagi yang tidak membaca al Fatihah.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi,
Nasai dan Ibnu Majah). Tidaklah disebut membaca kecuali dengan melafadhkannya.
Ini tidak bisa kecuali dengan menggerakkan lisan dan kedua bibir. Sehingga
tidak boleh seseorang mencukupkan dengan hatinya saat membaca Al-Fatihah dalam
shalatnya. Berarti ia tidak mengerjakan rukun dari rukun shalat. Wallahu Ta'ala
A'lam. [PurWD/voa-islam.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar